Senin, 22 Juni 2015

Budidaya Tanaman Kentang



BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kentang (Solanum tuberosum L) adalah salah satu tanaman budidaya, merupakan tanaman dikotil yang bersifat semusim karena hanya satu kali berproduksi setelah itu mati, berumur pendek antara 90-180 hari, dan berbentuk semak/herba. Tanaman ini berasal dari daerah subtropis di Eropa yang masuk ke Indonesia pada saat bangsa Eropa memasuki Indonesia di sekitar abad ke 17 atau 18. Di daerah tropis cocok ditanam di dataran tinggi. Pusat tanaman kentang utama di Indonesia adalah Lembang dan Pangalengan (Jawa Barat), Magelang (Jawa Timur), dan Bali. Di beberapa daerah, ada yang menjadikannya makanan pokok. Kentang banyak mengandung vitamin B, vitamin C, dan sejumlah vitamin A. Selain itu, sebagai sumber karbohidrat, mengandung vitamin dan mineral yang cukup tinggi.
Kentang merupakan salah satu komoditas sayuran yang mendapat prioritas dalam proses produksinya karena dapat mendatangkan keuntungan bagi petani, memiliki peluang dalam pemasaran dan ekspor, tidak mudah rusak seperti pada sayuran lainnya dan juga memiliki kadar kalori, protein dan vitamin yang tinggi. Rendahnya produktivitas kentang di Indonesia disebabkan oleh beberapa hal antara lain rendahnya mutu benih yang digunakan petani, tingginya biaya produksi bibit, pengetahuan kultur teknis masih kurang, menanam kentang secara terus menerus, umur panen yang kurang tepat, penyimpanan yang kurang baik, permodalan yang terbatas dan yang paling utama adalah faktor kehilangan hasil akibat serangan hama dan penyakit.
Dalam makalah ini, mencoba membahas tentang teknik budidaya tanaman kentang di Indonesia.
1.2 Rumusan Masalah
    1.    Apa itu tanaman kentang ?
    2.    Apa saja syarat pertumbuhan tanaman kentang?
    3.    Apa saja varietas tanaman kentang?
    4.    Bagaimana teknik budidaya tanaman kentang sebagai tanaman pangan?
    5.    Bagaimana cara pengendalian hama dan penyakit pada tanaman kentang?
    6.  Bagaimana proses panen tanaman kentang?
    7.  Bagaiamana proses pascapanen tanaman kentang?
1.3  Tujuan
1.      Untuk mengetahui apa itu tanaman kentang, mulai dari jenis, morfologi, dan manfaat.
2.      Untuk mengetahui apa saja syarat pertumbuhan tanaman kentang.
3.      Untuk mengetahui apa saja varietas tanaman kentang.
4.      Untuk mengetahui teknik budidaya tanaman kentang, mulai dari pembibitan, pengolahan media tanam, teknik penanaman, dan pemeliharaan tanaman.
5.      Untuk mengetahui gejala dan cara pengendalian hama dan penyakit pada tanaman kentang.
6.      Untuk mengetahui proses panen tanaman kentang, mulai dari ciri dan umur panen, serta cara panen.
7.      Untuk mengetahui proses pascapanen tanaman kentang, mulai dari penyortiran dan penggolongan, penyimpanan, serta pembersihan.









BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Tanaman Kentang
2.1.1 Jenis Tanaman
Kentang (Solanum tuberosum L) termasuk jenis tanaman sayuran semusim, berumur pendek dan berbentuk semak/herba (tanaman pendek tidak berkayu).. Kentang termasuk tanaman semusim karena hanya satu kali berproduksi, setelah itu mati. Umur tanaman kentang antara 90-180 hari. Memiliki umbi batang yang dapat dimakan. Umbi kentang berbentuk bulat sampai lonjong dengan ukuran yang beragam.
Menurut Gembong (1994), kentang (Solanum tuberosum L) diklasifikasikan sebagai berikut:
Kingdom   : Plantae
Divisi         : Spermatophyta
Subdivisi   : Angiospermae
Kelas         : Dicotyledonae
Ordo          : Tubiflorae
Famili        : Solanaceae
Genus        : Solanum
Species      : Solanun tuberosum L.
Dari tanaman ini dikenal pula spesies-spesies lain yang merupakan spesies liar, di antaranya Solanum andigenum L, Solanum anglgenum L, Solanum demissum L dan lain-lain. 
2.1.2 Morfologi Tanaman
1.      Daun
Tanaman kentang umumnya berdaun rimbun dan letak daun berselang-seling mengelilingi tanaman. Daun berbentuk oval sampai oval agak bulat dengan ujung meruncing dan tulang-tulang daun menyirip seperti duri ikan. Warna daun hijau muda sampai hijau tua hingga kelabu. Ukuran daun sedang dengan tangkai tidak panjang.
2.      Batang
Batang tanaman kentang berbentuk segi empat atau segi lima, tergantung pada varietasnya. Batang tanaman tidak berkayu, namun agak keras apabila dipijat. Warna batang umumnya hijau tua dengan pigmen ungu. Batang tanaman bercabang-cabang dan setiap cabang ditumbuhi oleh daun-daun yang rimbun. Permukaan batang halus, pada ruas batang tempat tumbuhnya cabang mengalami penebalan. Diameter batang kecil dengan panjang mancapai 1,2 meter.
3.      Akar
Tanaman kentang memiliki sistem perakaran tunggang dan serabut. Akar tunggang dapat menebus tanah sampai kedalaman 45 cm, sedangkan akar serabutnya umumnya tumbuh menyebar (menjalar) ke samping dan menembus tanah dangkal. Akar tanaman berwarna keputih-putihan, dan halus berukuran sangat kecil. Di antara akar-akar tersebut ada yang akan berubah bentuk dan fungsinya menjadi bakal umbi (stolon), yang selanjutnya akan menjadi umbi kentang.
4.      Bunga
Tanaman kentang ada yang berbunga dan ada yang tidak, tergantung pada varietasnya. Warna bunga bervariasi, yakni kuning atau ungu. Kentang varietas dasiree berbunga ungu. Pada varietas cipanas, segunung dan cosima, bunga atau benang sari berwarna kuning, putiknya putih. Pada tanaman kentang yang berbunga, bunga tumbuh dari ketiak daun teratas. Jumlah tandan bunga juga bervariasi sedikit sampai banyak. Kentang varietas cosima memiliki tandan bunga sampai 11 buah, sedangkan varietas cipanas 7 buah. Bunga kentang berjenis kelamin dua. Bunga kentang yang telah mengalami penyerbukan akan menghasilkan buah dan biji-biji.
5.      Umbi
Ukuran, bentuk, dan warna umbi kentang bermacam-macam, tergantung pada varietasnya. Ukuran umbi bervariasi besar dan kecil. Bentuk umbi ada yang bulat, oval, agak bulat (bulat lonjong), dan bulat panjang. Umbi kentang dapat berwarna kuning, putih, dan merah.
2.1.3 Manfaat Tanaman
Melihat kandungan gizinya, kentang merupakan sumber utama karbohidrat. Umbi kentang memiliki manfaat yang sama dengan jenis-jenis sayuran lainnya. Zat-zat gizi yang terkandung dalam 100 gram bahan adalah kalori 347 kal, protein 0,3 gram, lemak 0,1 gram, karbohidrat 85,6 gram, kalsium (Ca) 20 gram, fosfor (P) 30 mg, besi (Fe) 0,5 mg dan vitamin B 0,04 mg.
2.2 Syarat Pertumbuhan Tanaman Kentang
·         Curah hujan rata-rata 1500 mm/tahun
·         Lama penyinaran untuk fotosintesis 9-10 jam/hari
·         Suhu optimal 18-21°C
·         Kelembaban 80-90%
·         Ketinggian antara 1.000-3.000 m dpl
·         (Media Tanam). Tanah berstruktur remah, gembur, banyak mengandung bahan organik, berdrainase baik dan memiliki lapisan olah yang dalam.
·          pH tanah antara 5,0 - 7,0.

2.3 Varietas Tanaman Kentang
Varietas kentang dapat digolongkan dalam tiga golongan berdasarkan warna umbinya.
1.  Kentang kuning, umbi kentang ini berkulit dan berdaging kunig. Contoh kentang ini di antaranya adalah eigenheimer, patrones, rapan, dan thung.
2. Kentang putih, kulit dan daging umbi kentang ini berwarna putih. Contoh kentang ini antara lain Donata dan Radosa.
3. Kentang merah, kulit dan umbinya berwarna kemerah-merahan. Salah satu contohnya adalah Desiree.

Sedangkan dilihat dari segi umur panennya, ada yang disebut kentang genjah (umur panen sekitar 2 bulan), kentang sedang (umur panen sekitar 3 bulan), dan kentang dalam (umur panen sekitar 4 bulan). Selain itu, kentang juga bisa dikelompokkan lagi berdasarkan bentuk umbinya, yaitu yang berumbi bulat dan lonjong.

Varietas kentang yang banyak ditanam di Indonesia adalah kentang kuning varietas Granola, Atlantis, Cipanas dan Segunung. Di bawah ini diuraikan beberapa varietas yang sempat diamati para peneliti, diantaranya :
a.       Alpha
Tanamannya berbatang kuat dan sedang, daunnya rimbun, bunganya berwarna ungu, dan bisa berbuah. Sangat peka terhadap penyakit Phytophtora infestans dan virus daun menggulung. Namun, tanaman ini tahan terhadap penyakit kutil.
b.      Catella
Varietas ini berbatang kecil, agak lemah, dan berdaun rimbun. Bunganya putih dan sulit berbuah. Tanaman ini peka sekali terhadap penyakit Phytophtora infestans. Di daerah Pengalengan dan Lembang (Jawa Barat), catella tidak tahan pada musim hujan (iklim basah).
c.       Cosima
Batangnya besar, agak kuat, dan daunnya rimbun. Bunganya berwarna ungu dan tidak pernah berbuah. Tanaman ini agak tahan terhadap penyakit Phytophtora infestans, dan agak peka terhadap virus daun menggulung. Di daerah Pengalengan dan Lembang (Jawa Barat), cosima lebih tahan hujan (iklim basah) dibandingkan dengan catella.
d.      Dasiree
Varietas ini berbatang besar, kuat, berwarna kemerah-merahan, berdaun agak rimbun, berbunga ungu, dan mudah berbuah. Tanaman ini peka terhadap penyakit Phytophora infestans, penyakit layu, dan virus daun menggulung.
e.       Granola
Jenis ini merupakan varietas unggul karena produktivitasnya bisa mencapai 30 ton per hektar. Dari jumlah ini, 20 ton berkualitas baik (AB), 5 ton kualitas sedang (C), 4 ton kualitas TO (campur), dan 1 ton kualitas rindil.
f.       French fries
Umbi varietas ini ada yang memanjang dan ada pula yang membulat. Umbi yang memanjang lebih cocok untuk dibuat masakan (fast food), sedangkan yang membulat sangat cocok untuk kripik.
2.4 Teknik Budidaya Tanaman Kentang
2.4.1 Pembibitan
Bibit Tanaman kentang dapat berasal dari umbi. Umbi bibit berasal dari umbi produksi berbobot 30-50 gram. Pilih umbi yang cukup tua antara 150-180 hari, umur tergantung varietas, tidak cacat, umbi baik, varietas unggul. Umbi disimpan di dalam rak/peti di gudang dengan sirkulasi udara yang baik (kelembaban 80-95%). Lama penyimpanan 6-7 bulan pada suhu rendah dan 5-6 bulan pada suhu 25° C. Pilih umbi dengan ukuran sedang, memiliki 3-5 mata tunas. Gunakan umbi yang akan digunakan sebagai bibit hanya sampai generasi keempat saja. Setelah bertunas sekitar 2 cm, umbi siap ditanam. 
2.4.2 Pengolahan media tanam
Lahan dibajak sedalam 30-40 cm sampai gembur benar supaya perkembangan akar dan pembesaran umbi berlangsung optimal. Kemudian tanah dibiarkan selama 2 minggu sebelum dibuat bedengan. Pada lahan datar, sebaiknya dibuat bedengan memanjang ke arah Barat-Timur agar memperoleh sinar matahari secara optimal, sedang pada lahan berbukit arah bedengan dibuat tegak lurus kimiringan tanah untuk mencegah erosi. Lebar bedengan 70 cm (1 jalur tanaman) atau 140 cm (2 jalur tanaman), tinggi 30 cm dan jarak antar bedengan 30 cm. Lebar dan jarak antar bedengan dapat diubah sesuai dengan varietas kentang yang ditanam. Di sekeliling petak bedengan dibuat saluran pembuangan air untuk mengalirkan air. Hal ini dimaksudkan agar air tidak menggenang di parit-parit bedengan. Tanaman kentang sangat peka terhadap air, terlebih-lebih sejak penanaman sampai berumur dua bulan. Akar tanaman kentang yang tergenang air akan membusuk, kemudian tanaman kentang pun layu.
2.4.3 Teknik Penanaman
  • Pemupukan Dasar
a)    Pupuk dasar organik berupa kotoran ayam, kotoran kambing atau kotoran sapi  diberikan pada permukaan bedengan kurang lebih seminggu sebelum tanam, dicampur pada tanah bedengan atau diberikan pada lubang tanam.
b)    Pupuk anorganik berupa SP-36 sebanyak 400kg/ha.
  • Cara Penanaman
Bibit yang diperlukan jika memakai jarak tanam 70 x 30 cm adalah 1.300-1.700 kg/ha dengan anggapan umbi bibit berbobot sekitar 30-45 gram. Jarak tanaman tergantung varietas. Dimanat dan LCB 80 x 40 sedangkan varietas lain 70 x 30 cm.Waktu tanam yang tepat adalah diakhir musim hujan pada bulan April-Juni, jika lahan memiliki irigasi yang baik atau sumber air, kentang dapat ditanam dimusim kemarau. Jangan menanam dimusim hujan. Penanaman dilakukan dipagi/sore hari.
Lubang tanam dibuat dengan kedalaman 8-10 cm. Bibit dimasukkan ke lubang tanam, ditimbun dengan tanah dan tekan tanah di sekitar umbi. Bibit akan tumbuh sekitar 10-14 hari.. Mulsa jerami perlu dihamparkan di bedengan jika kentang ditanam di dataran medium.
2.4.4 Pemeliharaan Tanaman
  • Penyulaman
Penyulaman dilakukan dengan cara mencabut tanaman yang mati/kurang baik tumbuhnya dan ganti dengan tanaman baru pada lubang yang sama. Penyulaman dapat dilakukan setelah tanaman berumur 15 hari. Bibit sulaman merupakan bibit cadangan yang telah disiapkan bersamaan dengan bibit produksi.

  • Penyiangan
Lakukan penyiangan secara kontinyu dan sebaiknya dilakukan 2-3 hari sebelum/bersamaan dengan pemupukan susulan dan penggemburan. Jadi penyiangan dilakukan minimal dua kali selama masa penanaman. Penyiangan harus dilakukan pada fase vegetatif awal dan pembentukan umbi.

  • Pemangkasan Bunga
Pada varietas kentang yang berbunga sebaiknya dipangkas untuk mencegah terganggunya proses pembentukan umbi, karena terjadi perebutan unsur hara untuk pembentukan umbi dan pembungaan.

  • Pemupukan
Selain pupuk organik, pemberian pupuk anorganik juga sangat penting untuk pertumbuhan tanaman. Pupuk yang biasa diberikan Urea dengan dosis 330 kg/ha, TSP dengan dosis 400 kg/ha, sedangkan KCl 200 kg/ha. Secara keseluruhan pemberian pupuk organik dan anorganik adalah sebagai berikut:
Pupuk organik : Pupuk kandang saat tanam 15.000-20.000 kg.
Pupuk anorganik :
Urea/ZA: 21 hari setelah tanam 165/350 kg dan 45 hari setelah tanam 165/365 kg.
SP-36: saat tanam 400 kg.
KCl: 21 hari setelah tanam 100 kg dan 45 hari setelah tanam 100 kg.
Pupuk cair: 7-10 hari sekali dengan dosis sesuai anjuran.
Pupuk anorganik : diberikan ke dalam lubang pada jarak 10 cm dari batang tanaman kentang.
  • Pengairan
Tanaman kentang sangat peka terhadap kekurangan air. Pemberian air yang cukup membantu menstabilkan kelembaban tanah sebagai pelarut pupuk. Selang waktu 7 hari sekali secara rutin sudah cukup untuk tanaman kentang. Pengairan dilakukan dengan cara disiram dengan gembor/embrat/dengan mengairi selokan sampai areal lembab (sekitar 15-20 menit).
2.5 Hama dan Penyakit Tanaman Kentang
2.5.1 Hama
a)      Ulat grayak (Spodoptera litura)
Gejala: ulat menyerang daun dengan memakan bagian epidermis dan jaringan hingga habis daunnya.
Pengendalian: (1) secara mekanis dengan memangkas daun yang telah ditempeli telur;
(2) secara kimia dengan Azordin, Diazinon 60 EC, Sumithion 50 EC.
b)      Kutu daun (Aphis sp)
Gejala: kutu daun menghisap cairan dan menginfeksi tanaman, juga dapat menularkan virus.
Pengendalian: (1) secara mekanis memotong dan membakar daun yang terinfeksi
(2) secara kimia menyemprotkan Roxion 40 EC, Dicarzol 25 SP.
c)      Orong-orong (Gryllotalpa sp)
Gejala: menyerang umbi di kebun, akar, tunas muda dan tanaman muda. Akibatnya tanaman menjadi peka terhadap infeksi bakteri.
Pengendalian: secara kimia menggunakan tepung Sevin 85 S yang dicampur dengan pupuk kandang.
d)     Hama penggerek umbi (Phtorimae poerculella zael)
Gejala: daun berwarna merah tua dan terlihat jalinan seperti benang berwarna kelabu yang merupakan materi pembungkus ulat. Umbi yang terserang bila dibelah, akan terlihat adanya lubang-lubang karena sebagian umbi telah dimakan.
Pengendalian: secara kimia menggunakan Selecron 500 EC, Ekalux 25 EC, Orthene dan 5 SP, Lammnate L.
e)      Hama trip ( Thrips tabaci )
Gejala: pada daun terdapat bercak-bercak berwarna putih, berubah menjadi abu-abu perak dan mengering. Serangan dimulai dari ujung-ujung daun yang masih muda.
Pengendalian: (1) secara mekanis dengan cara memangkas bagian daun yang terserang
(2) secara kimia menggunakan Basudin 60 EC, Mitac 200 EC, Diazenon, Bayrusil 25 EC atau Dicarzol 25 SP.
2.5.2 Penyakit Tanaman
a)      Penyakit busuk daun
Penyebab: jamur Phytopthora infestans.
Gejala: timbul bercak-bercak kecil berwarna hijau kelabu dan agak basah hingga warnanya berubah menjadi coklat sampai hitam dengan bagian tepi berwarna putih yang merupakan sporangium dan daun membusuk/mati.
Pengendalian: sanitasi kebun. 
b)      Penyakit layu bakteri
Penyebab: bakteri Pseudomonas solanacearum.
Gejala: beberapa daun muda pada pucuk tanaman layu dan daun tua, daun bagian bawah menguning.
Pengendalian: sanitasi kebun, pergiliran tanaman. 
c)      Penyakit busuk umbi
Penyebab: jamur Colleotrichum coccodes.
Gejala: daun menguning dan menggulung, lalu layu dan kering. Bagian tanaman yang berada dalam tanah terdapat bercak-bercak berwarna coklat. Infeksi akan menyebabkan akar dan umbi muda busuk.
Pengendalian: pergiliran tanaman , sanitasi kebun dan penggunaan bibit yang baik.
d)      Penyakit fusarium
Penyebab: jamur Fusarium sp.
Gejala: busuk umbi yang menyebabkan tanaman layu. Penyakit ini juga menyerang kentang di gudang penyimpanan. Infeksi masuk melalui luka-luka yang disebabkan nematoda/faktor mekanis.
Pengendalian: menghindari terjadinya luka pada umbi saat tanam atau saat panen.

e)      Penyakit bercak kering (Early Blight)
Penyebab: jamur Alternaria solani. Jamur hidup disisa tanaman sakit dan berkembang di daerah kering.
Gejala: daun berbercak kecil tersebar tidak teratur, warna coklat tua, meluas ke daun muda. Permukaan kulit umbi berbercak gelap tidak beraturan, kering, berkerut dan keras.
Pengendalian: pergiliran tanaman. 
f)        Penyakit karena virus
Virus yang menyerang adalah:
(1) Potato Leaf Roll Virus (PLRV) menyebabkan daun menggulung;
(2) Potato Virus X (PVX) menyebabkan mosaik laten pada daun;
(3) Potato Virus Y (PVY) menyebabkan mosaik atau nekrosis lokal;
(4) Potato Virus A (PVA) menyebabkan mosaik lunak;
(5) Potato Virus M (PVM) menyebabkan mosaik menggulung;
(6) Potato Virus S (PVS) menyebabkan mosaik lemas.
Gejala: akibat serangan, tanaman tumbuh kerdil, lurus dan pucat dengan umbi kecil-kecil/tidak menghasilkan sama sekali; daun menguning dan jaringan mati.
Pengendalian: tidak ada pestisida untuk mengendalikan virus, pencegahan dan pengendalian dilakukan dengan menanam bibit bebas virus, membersihkan peralatan, memangkas dan membakar tanaman sakit, mengendalikan vektor dan melakukan pergiliran tanaman.

2.6 Proses Panen Tanaman Kentang
2.6.1 Ciri dan Umur Panen
Umur panen pada tanaman kentang berkisar antara 90-180 hari, tergantung varietas tanaman. Pada varietas kentang genjah, umur panennya 90-120 hari; varietas medium 120-150 hari; dan varietas dalam 150-180 hari.
Secara fisik tanaman kentang sudah dapat dipanen apabila daunnya telah berwarna kekuning-kuningan yang bukan disebabkan serangan penyakit, batang tanaman telah berwarna kekuningan dan agak mengering. Selain itu tanaman yang siap panen kulit umbi akan lekat sekali dengan daging umbi, kulit tidak cepat mengelupas bila digosok dengan jari.
 
2.6.2 Cara Panen
Waktu memanen sangat dianjurkan dilakukan pada waktu pagi/sore hari dan dilakukan pada saat hari cerah. Cara memanen yang baik adalah sebagai berikut: cangkul tanah disekitar umbi kemudian angkat umbi dengan hati hati dengan menggunakan garpu tanah. Setelah itu kumpulkan umbi ditempat yang teduh. Hindari kerusakan mekanis waktu panen.

2.7 Proses Pascapanen Tanaman Kentang
2.7.1 Penyortiran dan Pengolongan
Umbi yang baik dan sehat dipisahkan dengan umbi yang cacat dan terkena penyakit. Kegiatan ini akan mencegah penularan penyakit kepada umbi yang sehat. Kentang di sortir berdasarkan ukuran umbi (tergantung varietas).
2.7.2 Penyimpanan
Simpan umbi kentang dalam rak-rak yang tersusun rapi, sebaiknya ruangan tempat penyimpanan dibersihkan dan disterilisasi dahulu agar terbebas dari bakteri. Simpan di tempat yang tertutup dan berventilasi.
2.7.3 Pembersihan
Bersihkan umbi dari segala kotoran yang menempel dengan lap. Lakukan perlahan-lahan jangan sampai menimbulkan lecet-lecet. Selain itu umbi dapat dibersihkan dengan cara dicuci di air mengalir yang tidak terlalu deras kemudian dikeringanginkan. Umbi yang bersih akan memperpanjang keawetan umbi selain itu juga akan menarik konsumen.
















BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1.      Kentang (Solanum tuberosum L) termasuk jenis tanaman sayuran semusim, berumur pendek dan  berbentuk semak/herba (tanaman pendek tidak berkayu).
2.      Morfologi tanaman kentang terdiri dari daun, batang, akar, bunga, dan umbi.
3.      Manfaat tanaman kentang yaitu sebagai sumber karbohidrat, mengandung vitamin, dan mineral cukup tinggi.
4.      Syarat pertumbuhan tanaman kentang yaitu : Ketinggian antara 1.000-3.000 m dpl, curah hujan rata-rata 1500 mm/tahun, suhu optimal 18-21°C.
5.      Varietas kentang berdasarkan warna umbinya yaitu : kentang kuning, kentang putih, dan kentang merah.
6.      Varietas yang sempat diamati para peneliti diantaranya : Alpha, Catella, Cosima, Dasiree, Granola, French fries.
7.      Teknik budidaya tanaman kentang terdiri dari pembibitan, pengolahan media tanam, teknik penanaman, dan pemeliharaan tanaman.
8.      Hama yang menyerang tanaman kentang diantaranya ulat grayak (Spodoptera litura), kutu daun (Aphis sp), orong-orong (Gryllotalpa sp), hama penggerek umbi (Phtorimae poerculella zael), dan hama trip ( Thrips tabaci )
9.      Penyakit yang menyerang tanaman kentang diantaranya penyakit busuk daun, penyakit layu bakteri, penyakit busuk umbi, penyakit fusarium, dan penyakit bercak kering (Early Blight).
10.   Penyakit karena virus diantaranya Potato Leaf Roll Virus (PLRV), Potato Virus X (PVX), Potato Virus Y (PVY), Potato Virus A (PVA), Potato Virus M (PVM), dan Potato Virus S (PVS).
11.  Dalam proses panen harus  memperhatikan ciri dan umur panen serta cara panen.
12.  Proses pascapanen tanaman kentang meliputi penyortiran dan pengolongan, penyimpanan, dan pembersihan.


3.2 Saran
Dalam membudidayakan suatu jenis tanaman, kita harus mengetahui tentang teknik budidaya tanaman yang baik dan benar, bagaimana syarat pertumbuhannya, cara pengendalian hama dan penyakit yang menyerang tanaman, agar hasil produksi kita meningkat dan bisa meminimalisir kegagalan panen, selain itu kita juga harus mengetahui proses panen dan pascapanen yang baik agar bisa mendapat keuntungan yang lebih besar.















DAFTAR PUSTAKA
Parabowo, Abror Yudi.2007.Budidaya Kentang.
Samadi, Budi. 1997. Usaha Tani Kentang. Kanisius:Yogyakarta.
Setiadi, 2007, Kentang: Varietas dan Pembudidayaan, Penebar Swadaya, Jakarta.
Sukmana, Rahmat, 1997, Kentang, Budidaya dan Pascapanen, Kanisius, Yogyakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar